Rabu, 10-12-2025
  • Selamat Datang di Portal Digital MA Bahrul Ulum Tambakberas Jombang Jawa TimurSelamat Datang di Portal Digital MA Bahrul Ulum Tambakberas Jombang Jawa TimurSelamat Datang di Portal Digital MA Bahrul Ulum Tambakberas Jombang Jawa TimurSelamat Datang di Portal Digital MA Bahrul Ulum Tambakberas Jombang Jawa TimurSelamat Datang di Portal Digital MA Bahrul Ulum Tambakberas Jombang Jawa TimurSelamat Datang di Portal Digital MA Bahrul Ulum Tambakberas Jombang Jawa TimurSelamat Datang di Portal Digital MA Bahrul Ulum Tambakberas Jombang Jawa Timur
  • Selamat Datang di Portal Digital MA Bahrul Ulum Tambakberas Jombang Jawa TimurSelamat Datang di Portal Digital MA Bahrul Ulum Tambakberas Jombang Jawa TimurSelamat Datang di Portal Digital MA Bahrul Ulum Tambakberas Jombang Jawa TimurSelamat Datang di Portal Digital MA Bahrul Ulum Tambakberas Jombang Jawa TimurSelamat Datang di Portal Digital MA Bahrul Ulum Tambakberas Jombang Jawa TimurSelamat Datang di Portal Digital MA Bahrul Ulum Tambakberas Jombang Jawa TimurSelamat Datang di Portal Digital MA Bahrul Ulum Tambakberas Jombang Jawa Timur

Kegiatan Team Banjari

Sejarah al-Banjari di Indonesia erat kaitannya dengan penyebaran Islam dan perkembangan seni rebana di tanah air, terutama di Kalimantan Selatan. Istilah “banjari” merujuk pada alat musik rebana kecil yang diperkirakan dibawa oleh para ulama dari Timur Tengah bersamaan dengan penyebaran Islam. Tokoh besar seperti Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari dari Banjar berperan dalam penyebaran Islam melalui karya-karya dan pengajarannya, yang kemudian turut memengaruhi perkembangan seni ini.

Asal-usul dan perkembangan

  • Pembawaan dari Timur Tengah: Rebana banjari yang berukuran kecil dan ringan dibawa ke Nusantara oleh para dai dan wali yang menyebarkan agama Islam.
  • Akulturasi dengan budaya lokal: Seiring waktu, banjari berakulturasi dengan budaya lokal dan menjadi bagian integral dari tradisi keislaman di Indonesia.
  • Hubungan dengan Hadrah: Di beberapa daerah, istilah “banjari” sering digunakan bergantian dengan “hadrah”, meskipun memiliki perbedaan teknis dan gaya dalam pelaksanaannya.

Peran tokoh ulama dan pengembangannya

  • Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari: Ulama besar dari Kesultanan Banjar (Kalimantan Selatan) ini menjadi tokoh sentral dalam penyebaran Islam di abad ke-18. Beliau tidak hanya dikenal sebagai ahli fikih, tetapi juga mempromosikan seni yang menggunakan syair dan musik rebana sebagai sarana dakwah.
  • Penggunaan sebagai sarana dakwah: Syekh Muhammad Arsyad dan para ulama lainnya menggunakan syair-syair yang berisi pujian kepada Nabi, nasihat, teladan, dan pesan moral sebagai sarana dakwah yang efektif.

Perkembangan musiknya: Aransemen musiknya pun terus berkembang dengan variasi ritme dan pola tabuhan rebana yang semakin menarik.